Gaya Hidup

Pasar Barang Mewah: Perlambatan, Bukan Keruntuhan Total

Penjualan barang mewah global mengalami perlambatan signifikan pada tahun 2024, namun belum sepenuhnya runtuh. Studi terbaru Bain & Co yang dirilis pada 19 Juni 2025 menunjukkan penurunan penjualan hingga US$ 419 miliar, dengan proyeksi penurunan lebih lanjut antara 2 hingga 5 persen di tahun ini. Faktor-faktor eksternal seperti perang dagang, gejolak geopolitik, dan perlambatan ekonomi global turut berkontribusi terhadap penurunan ini. Namun, hal ini tidak lantas membuat industri ini kolaps.

Ancaman Geopolitik dan Ekonomi Menghambat Pertumbuhan

Ancaman tarif dari Amerika Serikat dan ketidakstabilan geopolitik global menjadi pemicu utama perlambatan penjualan barang mewah. Ketidakpastian ekonomi global yang diakibatkan oleh konflik internasional membuat konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluarannya, terutama untuk barang-barang yang sifatnya non-esensial. Perlambatan ekonomi ini berdampak signifikan di berbagai wilayah, terutama di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Di Amerika Serikat, volatilitas pasar akibat tarif membuat kepercayaan konsumen melemah. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan barang-barang mewah.

Sementara di Tiongkok, kepercayaan konsumen yang rendah telah mengakibatkan kontraksi selama enam kuartal berturut-turut. Penurunan permintaan di kedua negara ini menjadi kontributor utama perlambatan pertumbuhan industri secara global.

Krisis Kreatif dan Isu Etika Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Selain faktor eksternal, industri barang mewah juga menghadapi tantangan internal. Krisis kepemimpinan kreatif di beberapa rumah mode ternama membuat konsumen ragu untuk berbelanja. Kenaikan harga yang tajam juga turut mendorong konsumen untuk menunda pembelian.

Isu etika dan transparansi rantai pasok juga menjadi sorotan. Investigasi media sosial yang mengungkap kondisi kerja yang buruk dan upah rendah di perusahaan subkontraktor yang memproduksi barang mewah telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen. Hal ini membuat sebagian konsumen memilih untuk mengurangi atau menahan diri dari pembelian barang-barang mewah.

Pertumbuhan di Pasar Baru dan Potensi Pemulihan Cepat

Meskipun menghadapi tantangan, sektor barang mewah masih menunjukkan potensi pertumbuhan di beberapa pasar. Kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia Tenggara mencatat pertumbuhan yang positif. Eropa cenderung stagnan. Matteo Lunelli, Presiden asosiasi merek mewah Italia, Altagamma, mencatat pertumbuhan 28 persen dari 2019 hingga 2024, melampaui level sebelum pandemi.

Industri ini memiliki rekam jejak pemulihan yang cepat setelah krisis. Setelah krisis keuangan 2008-2009, pasar pulih 14 persen pada 2010 berkat lonjakan di pasar China. Setelah pandemi, penjualan sempat anjlok 21 persen, tetapi kemudian kembali mencetak rekor baru karena lonjakan belanja tertunda. Hal ini menunjukkan daya tahan dan potensi pemulihan yang kuat dari industri barang mewah.

Meskipun saat ini penjualan barang mewah mengalami perlambatan, hal ini tidak serta merta menandakan kehancuran industri. Dengan munculnya pasar baru dan potensi pemulihan yang cepat, industri ini diprediksi akan tetap menjadi sektor yang menjanjikan, meskipun memerlukan strategi yang adaptif untuk menghadapi tantangan global. Ketahanan dan resiliensi industri ini akan terus diuji oleh gejolak ekonomi dan geopolitik yang masih berlangsung. Perusahaan perlu fokus pada transparansi, keberlanjutan, dan inovasi untuk mempertahankan kepercayaan konsumen serta mendorong pertumbuhan di masa mendatang.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button