Berita

Tragedi Selat Bali: Audit Keselamatan Pelayaran Nasional Diperlukan

Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu, 2 Juli 2025, menyisakan duka mendalam. Kejadian ini menelan korban jiwa dan puluhan orang masih dinyatakan hilang. Anggota Komisi V DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri, menyampaikan keprihatinan yang sangat dalam atas peristiwa tersebut.

Irine mendesak dilakukannya audit dan evaluasi menyeluruh terhadap pengawasan pelayaran dan keselamatan penumpang di Indonesia. Ia menekankan pentingnya langkah cepat untuk mencegah tragedi serupa terulang.

Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya dan Seruan Audit Keselamatan Pelayaran

Kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya yang menewaskan enam orang dan menyebabkan puluhan lainnya hilang merupakan tragedi ketiga dalam waktu kurang dari dua minggu di Selat Bali. Irine menyebutnya sebagai sinyal sistemik dari lemahnya manajemen keselamatan pelayaran nasional.

Anggota DPR tersebut menekankan pentingnya evakuasi maksimal untuk menemukan seluruh korban. Upaya pencarian dan penyelamatan harus dilakukan secara optimal dan menyeluruh.

Irine juga menyoroti tiga kecelakaan kapal yang terjadi dalam 11 hari di jalur penyeberangan Jawa-Bali. Hal ini menunjukkan adanya masalah serius dalam sistem keselamatan pelayaran yang perlu segera ditangani.

Menurutnya, permasalahan bisa berasal dari berbagai faktor, mulai dari aspek teknis kapal, prosedur pemuatan, kondisi cuaca, hingga pengawasan yang longgar. Investigasi menyeluruh diperlukan untuk mengidentifikasi akar permasalahan.

Analisis Kegagalan Sistem dan Potensi Penyebab Kecelakaan

KMP Tunu Pratama Jaya diduga mengalami kebocoran dan tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kapal tersebut mengangkut 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan.

Kejadian ini mengungkap pentingnya perbaikan sistem keselamatan pelayaran di jalur penyeberangan yang sangat vital ini. Jalur Jawa-Bali merupakan jalur sibuk yang menghubungkan dua pulau utama di Indonesia.

Irine mengaitkan peristiwa ini dengan serangkaian kecelakaan kapal lainnya di Selat Bali. Serangkaian tragedi ini harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah.

Ia menekankan perlunya investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan. Selain itu, perbaikan sistem secara komprehensif sangat diperlukan.

Peran Akurasi Data Manifest dan Pentingnya Pengawasan yang Ketat

Irine juga menyoroti masalah krusial yang seringkali luput dari evaluasi, yaitu ketidaktepatan data manifest penumpang dan muatan. Informasi yang simpang siur saat kapal berlayar juga meningkatkan risiko kecelakaan.

Ketidakakuratan data manifest dapat menyebabkan operator mengabaikan batas muatan aman. Hal ini dapat memicu bencana, seperti yang terjadi pada KMP Tunu Pratama Jaya.

Pengawasan yang ketat dan sistem verifikasi data yang akurat sangat penting untuk mencegah kecelakaan. Pemerintah perlu memastikan semua kapal memenuhi standar keselamatan dan beroperasi sesuai aturan.

Selain itu, pelatihan bagi kru kapal dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi kapal juga krusial. Keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama dalam industri pelayaran.

Insiden KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat pentingnya keselamatan pelayaran di Indonesia. Audit menyeluruh dan perbaikan sistem yang komprehensif adalah langkah krusial untuk mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang. Prioritas utama harus diberikan pada keselamatan nyawa manusia dan peningkatan pengawasan yang lebih efektif dan terintegrasi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button