Berita

Tragedi Kolombia: 24 Serangan Bom dan Tembakan Tewaskan 7

Serangan terkoordinasi yang mengguncang Kolombia pada Selasa (10/6/2025) telah menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai puluhan lainnya. Insiden ini melibatkan 24 serangan hampir bersamaan di berbagai lokasi di wilayah barat daya negara tersebut.

Sasaran serangan mencakup pos polisi, kantor pemerintahan, dan fasilitas sipil di kota-kota seperti Cali, Villa Rica, Guachinte, dan Corinto. Kejadian ini menandai eskalasi kekerasan yang signifikan dan menimbulkan kekhawatiran menjelang pemilihan umum.

Serangan Terkoordinasi di Beberapa Lokasi

Kepala Kepolisian Nasional Kolombia, Jenderal Carlos Fernando Triana, menyatakan bahwa pelaku serangan diduga berasal dari kelompok gerilya lokal. Mereka menggunakan berbagai metode, termasuk bom mobil, bom sepeda motor, senapan serbu, dan kemungkinan drone bersenjata.

Dua anggota kepolisian termasuk di antara korban jiwa. Total korban tewas mencapai tujuh orang, sementara 28 lainnya mengalami luka-luka.

Ledakan-ledakan tersebut mengakibatkan kerusakan parah di berbagai lokasi. Kendaraan hangus terbakar, dan beberapa bangunan runtuh.

Luz Amparo, warga Corinto, menceritakan bagaimana ledakan menghancurkan toko rotinya. Ia awalnya mengira itu gempa bumi, namun kemudian menyadari bahwa itu adalah serangan.

Diduga Pelaku dari Kelompok FARC

Polisi dan analis keamanan menduga kelompok pembangkang FARC, khususnya faksi Estado Mayor Central (EMC) yang menolak kesepakatan damai, berada di balik serangan ini. Serangan terkoordinasi menunjukkan kemampuan militer EMC yang telah berkembang signifikan.

Elizabeth Dickinson, analis keamanan dari International Crisis Group, menyatakan bahwa kemampuan EMC untuk melancarkan serangan di wilayah metropolitan seperti Cali menunjukkan kekuatan kelompok tersebut. Serangan ini dianggap sebagai balasan atas operasi militer pemerintah yang menargetkan pemimpin EMC, Ivan Mordisco.

Tujuan serangan ini, menurut Dickinson, adalah untuk meningkatkan biaya politik bagi pemerintah atas operasi militer tersebut. Mereka berupaya menekan pemerintah dengan menunjukkan kekuatan dan kapasitas mereka.

Peningkatan Ketegangan Jelang Pemilu

Serangan ini terjadi hanya tiga hari setelah percobaan pembunuhan terhadap calon presiden dari partai konservatif, Miguel Uribe, di Bogota. Uribe ditembak dua kali di kepala saat berkampanye.

Seorang remaja berusia 15 tahun telah ditangkap dan dituduh sebagai pelaku, meskipun ia mengaku tidak bersalah. Pemerintah Kolombia menduga keterlibatan pembunuh bayaran profesional.

Presiden Gustavo Petro menyatakan kecurigaannya terhadap kemungkinan keterlibatan “mafia internasional” dalam percobaan pembunuhan Uribe. Ia juga mempertanyakan pengurangan jumlah pengawal Uribe pada hari kejadian.

Faksi EMC sendiri telah mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan warga untuk menjauhi instalasi militer dan kantor polisi, namun mereka tidak secara langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ketegangan politik di Kolombia semakin meningkat menjelang pemilu.

Situasi keamanan yang memburuk ini menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas politik Kolombia menjelang pemilihan umum. Tindakan tegas dari pemerintah dan investigasi menyeluruh sangat dibutuhkan untuk mengungkap dalang di balik serangan ini dan mencegah terjadinya eskalasi konflik lebih lanjut.

Peristiwa ini juga menyoroti kerentanan infrastruktur dan keamanan sipil di Kolombia. Upaya untuk meningkatkan keamanan dan melindungi warga sipil menjadi sangat penting dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button