BRICS Lampaui G7? Menko Airlangga Ungkap Fakta Mengejutkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan BRICS kini telah melampaui G7 dalam hal kekuatan ekonomi. Hal ini didorong oleh perluasan keanggotaan BRICS yang signifikan, termasuk Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi BRICS yang pesat, ditandai dengan peningkatan PDB dan jumlah penduduk yang signifikan, menjadikan blok ini sebagai kekuatan ekonomi global yang semakin berpengaruh.
BRICS: Kekuatan Ekonomi Baru yang Melebihi G7
Berdasarkan data *purchasing power parity*, Airlangga menjelaskan BRICS kini memiliki daya beli yang lebih tinggi daripada G7. Ini menandakan pergeseran signifikan dalam peta ekonomi global.
Dengan bergabungnya negara-negara baru, BRICS kini mewakili 40 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global dan 56 persen populasi dunia. Angka ini meningkat dari 34 persen PDB global sebelum perluasan anggota.
Pertumbuhan ekonomi BRICS yang signifikan ini, menurut Airlangga, menjadikan blok ini sebagai representasi utama dari negara-negara berkembang (“Global South”) dalam forum internasional.
Peran Indonesia dalam KTT BRICS dan Komitmen Perdamaian Dunia
Dalam KTT BRICS, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia melalui multilateralisme dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Indonesia, diwakili oleh Presiden Prabowo, secara tegas menolak perang dan praktik standar ganda dalam hubungan internasional. Hal ini sejalan dengan sikap mayoritas peserta KTT BRICS.
Airlangga menambahkan bahwa Presiden Prabowo juga mendukung reformasi multilateral dan keterwakilan yang lebih adil bagi negara-negara berkembang dalam tata kelola global, khususnya di PBB.
Empat Poin Kesepakatan Strategis KTT BRICS dan Implikasinya bagi Indonesia
KTT BRICS menghasilkan empat poin kesepakatan strategis yang tertuang dalam Leaders’ Declaration. Poin-poin ini menitikberatkan pada penguatan kerja sama multilateral, ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan.
Poin pertama fokus pada penguatan multilateralisme, perdamaian global, kerja sama ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan. Poin kedua menekankan penguatan perdamaian dan stabilitas internasional, serta pendalaman kerja sama ekonomi dan keuangan.
Bagi Indonesia, kesepakatan ini sangat penting untuk memperluas akses pasar bagi produk-produk nasional dan membangun ketahanan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Poin ketiga menyoroti komitmen terhadap isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif. Negara-negara BRICS sepakat bahwa transisi energi harus mempertimbangkan keadilan bagi negara berkembang.
Poin keempat menekankan penguatan kemitraan dalam bidang pembangunan manusia, sosial, dan kebudayaan. Hal ini dinilai penting untuk mendorong transformasi sosial yang merata di antara negara-negara anggota.
Secara keseluruhan, KTT BRICS 2025 menandai babak baru dalam peta ekonomi global. Pengaruh BRICS yang semakin besar, dengan Indonesia sebagai anggota, berpotensi membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi negara dan sekaligus berperan aktif dalam mendorong perdamaian dan pembangunan berkelanjutan di tingkat internasional. Peran aktif Indonesia dalam mendorong reformasi multilateral dan representasi negara berkembang di forum global menjadi kunci keberhasilan ini.



