Ancaman Tarif Trump: BRICS Bukan Lawan AS? Reaksi Mengejutkan

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Christiawan Nasir menegaskan bahwa pertemuan para pemimpin negara-negara BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, pada 7 Juli 2025, sama sekali tidak bertujuan untuk melawan Amerika Serikat atau negara lain. Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas ancaman Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif perdagangan terhadap negara-negara anggota BRICS. Fokus utama pertemuan tersebut adalah memperkuat kerja sama antar negara berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Pertemuan BRICS menekankan kolaborasi, bukan konfrontasi. Tujuan utama dari kerja sama ini adalah untuk mengatasi tantangan bersama dan bukan untuk membentuk blok yang berseberangan dengan kekuatan besar mana pun.
BRICS: Kerja Sama, Bukan Konfrontasi
Arrmanatha menjelaskan bahwa pertemuan para pemimpin BRICS difokuskan pada peningkatan kerja sama antar negara berkembang. Mereka berupaya untuk menghadapi tantangan global secara bersama-sama, seperti isu lingkungan hidup, kesehatan, dan situasi global yang kompleks.
Pembahasan dalam forum tersebut, lanjut Arrmanatha, berfokus pada isu-isu multilateral dan tidak ada satupun yang bertentangan dengan kepentingan negara berkembang atau menyerang negara tertentu. Ini menunjukkan komitmen BRICS pada dialog dan kerja sama internasional.
Ancaman Tarif Trump dan Respon BRICS
Presiden Donald Trump sebelumnya mengeluarkan ancaman untuk mengenakan tarif impor tambahan sebesar 10 persen terhadap negara-negara yang dianggap berpihak pada BRICS. Ancaman ini disampaikan melalui platform Truth Social pada 6 Juli 2025, dan dikutip oleh AFP.
Ancaman Trump muncul di tengah meningkatnya pengaruh global BRICS, terutama setelah perluasan keanggotaan dan pengembangan sistem pembayaran lintas negara yang independen dari dolar AS. Langkah ini dinilai sebagai tantangan terhadap dominasi ekonomi Amerika Serikat.
Sikap Bersatu BRICS Terhadap Kebijakan Proteksionis
Dalam KTT BRICS 2025, para pemimpin negara-negara anggota mengecam kebijakan tarif impor AS yang dianggap sewenang-wenang. Mereka juga mengecam serangan militer gabungan Israel-AS terhadap Iran.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan di antara negara-negara anggota BRICS, mereka menunjukkan kesatuan sikap dalam merespon kebijakan proteksionis Trump yang tidak menentu, khususnya terkait perang tarif. Pernyataan bersama BRICS menyatakan keprihatinan serius atas meningkatnya tindakan tarif sepihak dan memperingatkan dampak negatifnya terhadap perekonomian global. Pernyataan tersebut tidak secara langsung menyebut nama Trump, namun sikap tegas BRICS menunjukkan penolakan terhadap kebijakan proteksionisme yang merugikan kerja sama internasional.
Meskipun ancaman tarif dari AS menimbulkan kekhawatiran, BRICS tetap berkomitmen pada tujuan utamanya: memperkuat kerja sama antarnegara berkembang dan mengatasi tantangan global bersama. Komitmen ini terlihat dalam fokus pertemuan mereka pada isu-isu multilateral, bukan pada konfrontasi dengan negara tertentu. Sikap tegas namun terukur yang ditunjukkan BRICS dalam menanggapi kebijakan proteksionis AS menunjukkan keseriusan mereka dalam menjaga stabilitas ekonomi global dan memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Ke depannya, peran BRICS dalam tata ekonomi dunia akan terus menarik perhatian.