Israel Fokus Gaza: Ketegangan Iran Mereda, Ancaman Baru Muncul
Setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran, fokus militer Israel kembali tertuju ke Jalur Gaza. Operasi militer untuk memberantas Hamas dan membebaskan sandera akan dilanjutkan. Situasi ini terjadi setelah 12 hari pertempuran antara kedua negara. Namun, gencatan senjata ini tidak menandai berakhirnya konflik secara permanen.
Kantor HAM PBB turut menyoroti situasi kemanusiaan di Gaza yang memburuk. Mereka menuding Israel bertanggung jawab atas ratusan kematian warga sipil Gaza.
Gencatan Senjata Iran-Israel: Prioritas Baru bagi Israel
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, secara resmi mengkonfirmasi pergeseran fokus operasi militer. Setelah ketegangan dengan Iran mereda, prioritas utama kini adalah menumpas Hamas dan menyelamatkan sandera yang ditawan.
Meskipun gencatan senjata telah tercapai, Letjen Zamir menekankan bahwa konflik dengan Iran belum sepenuhnya berakhir. Situasi masih rawan dan membutuhkan kewaspadaan tinggi.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya menegaskan bahwa Israel tidak akan melanjutkan serangan ke Iran. Keputusan ini diambil setelah berdiskusi dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang turut berperan dalam negosiasi gencatan senjata. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga mengeluarkan peringatan keras tentang potensi serangan balasan jika Israel melanggar kesepakatan.
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Ratusan Tewas Saat Mendapatkan Bantuan
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin kritis. Kantor HAM PBB melaporkan lebih dari 410 warga sipil Gaza tewas sejak akhir Mei. Korban tewas ini terjadi saat warga berusaha mendapatkan makanan di lokasi distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
GHF, sebuah organisasi yang didukung oleh Israel dan AS, ditunjuk sebagai penyalur utama bantuan setelah blokade bantuan kemanusiaan berlangsung selama hampir tiga bulan. Ironisnya, proses distribusi bantuan justru diwarnai kekacauan dan kekerasan yang menewaskan banyak warga sipil.
Juru bicara HAM PBB, Thameen Al-Kheetan, mengecam keras penggunaan bantuan makanan sebagai alat perang. Ia menyebut kondisi warga Gaza sangat memprihatinkan. Mereka dihadapkan pada pilihan yang mengerikan: kelaparan atau ditembaki saat mencoba mendapatkan bantuan.
Selain korban tewas di lokasi distribusi GHF, tambahan 93 warga Gaza juga dilaporkan tewas saat mendekati konvoi bantuan PBB dan lembaga lain. Jumlah korban tewas ini menunjukkan betapa kritisnya situasi kemanusiaan di Gaza.
Tuduhan Kejahatan Perang dan Saling Tuding
Data kematian yang dilaporkan oleh badan pertahanan sipil Gaza yang dikelola Hamas bahkan lebih tinggi, yaitu 21 orang tewas dan sekitar 150 lainnya luka-luka saat menunggu bantuan. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total korban mencapai 516 jiwa dan hampir 3.800 orang terluka saat mencari makanan.
Militer Israel mengklaim bahwa kerumunan warga ditemukan dekat posisi pasukan di koridor Netzarim, lokasi distribusi bantuan GHF. Namun, klaim ini dibantah banyak organisasi kemanusiaan dan lembaga PBB yang menolak bekerja sama dengan GHF karena menilai lembaga tersebut sarat dengan kepentingan militer Israel.
Israel membantah tuduhan melakukan kejahatan perang dan menyalahkan Hamas karena menjadikan pemukiman sebagai basis operasi. Hamas membantah tuduhan tersebut. Perbedaan narasi ini semakin mempersulit upaya penyelesaian konflik dan bantuan kemanusiaan yang efektif.
Situasi di Gaza masih sangat mencemaskan dan memerlukan perhatian internasional yang serius. Gencatan senjata antara Israel dan Iran, meskipun meredakan ketegangan di satu sisi, justru menyoroti tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza dan membutuhkan resolusi segera dan efektif untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak lagi. Perlu investigasi independen untuk mengungkap kebenaran di balik ratusan kematian warga sipil ini dan memastikan pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM yang terjadi.



