Site icon Tempo Siang

Golkar Kritik Gaya Komunikasi Bahlil: Terlalu ‘Low Context’?

Golkar Kritik Gaya Komunikasi Bahlil: Terlalu 'Low Context'?

Sumber: Liputan6.com

Gaya komunikasi politik Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang lugas dan “to the point” menarik perhatian banyak pihak. Hal ini mendapat sambutan positif dari Ketua Media dan Penggalangan Opini (MPO) Partai Golkar, Nurul Arifin.

Nurul menilai, gaya komunikasi Bahlil merupakan model komunikasi politik modern yang efektif dan mudah dipahami masyarakat. Kejujuran dan keterbukaan dalam penyampaian pesan menjadi kunci utamanya.

Gaya Komunikasi “Bahlilian Style”: Sederhana, Namun Mengena

Nurul Arifin menyebut gaya komunikasi Bahlil sebagai “Bahlilian Style”, sebuah model komunikasi *low-context* yang menekankan keterbukaan, kejujuran, dan efektivitas.

Ia menjelaskan bahwa ini bukan sekadar berbicara blak-blakan, melainkan kemampuan menyampaikan pesan yang mampu menyentuh logika dan nalar publik dengan cara sederhana namun mengena.

Sebagai contoh, Bahlil sering mengkritik rendahnya etos kerja tenaga kerja lokal dengan cara lugas dan membumi. Kritik tersebut bukan hanya untuk mencela, melainkan juga sebagai motivasi.

Menurut Nurul, cara Bahlil berkomunikasi ini sangat relevan dengan transformasi Partai Golkar untuk kembali menjadi kekuatan utama dalam politik nasional.

Membangun Kepercayaan Publik Melalui Kejujuran

Nurul meyakini, gaya komunikasi Bahlil yang lugas menjadi kekuatan strategis dalam membangun kepercayaan publik.

Keberanian, kejujuran, dan kepemimpinan yang berorientasi pada hasil nyata menjadi ciri khas komunikasinya.

Bahlil bukan hanya berbicara tegas, tetapi juga menunjukkan integritas dalam setiap ucapannya. Hal ini dianggap sangat langka dan dibutuhkan dalam politik saat ini.

Transparansi dan Efektivitas dalam Komunikasi Politik

Dosen Fisip Universitas Negeri Surabaya, Ken Bimo Sultoni, menganalisis gaya komunikasi Bahlil melalui teori “Low-Context Communication” Edward T. Hall.

Teori ini menekankan pentingnya pesan yang eksplisit, transparan, dan langsung. Berbeda dengan komunikasi politik Indonesia yang sering bersifat *high-context*, penuh kode, dan tersirat.

Ken Bimo Sultoni juga menyebut gaya komunikasi Bahlil sebagai “Bahlilian Style”. Ia menilai, ini memberi warna baru dalam komunikasi politik Indonesia yang cenderung retoris dan basa-basi.

Ken Bimo mengatakan Bahlil memiliki karakter komunikasi yang lugas, langsung ke inti persoalan, dan minim retorika. Ini merupakan pendekatan yang jarang dimiliki politisi Indonesia pada umumnya.

Kesimpulannya, gaya komunikasi Bahlil Lahadalia yang lugas dan transparan mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Hal ini dipandang sebagai model komunikasi politik modern yang efektif dan mampu membangun kepercayaan publik. Keberhasilannya menunjukkan bahwa kesederhanaan dan kejujuran dalam berkomunikasi dapat menjadi kunci dalam menjangkau masyarakat luas.

Exit mobile version