Serangan udara Israel ke Jalur Gaza kembali menorehkan duka mendalam. Lebih dari 80 warga Palestina dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Kejadian ini menambah daftar panjang korban konflik yang tak kunjung usai di kawasan tersebut. Data mengerikan ini menambah keprihatinan dunia atas eskalasi kekerasan yang terjadi.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan angka korban jiwa yang terus meningkat. Sedikitnya 79 orang meninggal dunia dan hampir 400 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel yang membabi-buta.
Tidak hanya di Gaza, kekerasan juga terjadi di Tepi Barat. Empat warga Palestina, termasuk seorang remaja, tewas ditembak oleh pasukan Israel.
Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Tepi Barat
Serangan-serangan ini terjadi setelah Israel mencapai gencatan senjata dengan Iran, mengakhiri perang udara selama 12 hari. Namun, alih-alih mereda, konflik justru bergeser fokus ke Jalur Gaza.
Tiga warga Palestina lainnya tewas dalam serangan pemukim Israel di kota Kafr Malek, timur laut Ramallah. Tujuh lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.
Tujuan Militer Israel Pasca Gencatan Senjata dengan Iran
Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, menyatakan bahwa kampanye Israel terhadap Iran belum berakhir dan telah memasuki fase baru. Pernyataan ini disampaikannya pada Rabu (25/6).
Zamir menegaskan bahwa fokus operasi militer kini beralih ke Gaza. Tujuan utamanya adalah memulangkan semua sandera yang masih ditahan dan membubarkan pemerintahan Hamas.
Peran Hamas dan Dukungan Iran
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, telah berkonflik dengan Israel sejak Oktober 2023. Iran, sebagai pendukung utama Hamas, menjadi sasaran operasi militer Israel sebelumnya.
Gencatan senjata antara Israel dan Iran, yang mulai berlaku pada Selasa (24/6), menandai babak baru dalam konflik yang rumit ini. Namun, eskalasi di Gaza menunjukkan bahwa perdamaian masih jauh dari jangkauan.
Gencatan Senjata Israel-Iran dan Konsekuensinya
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Iran sempat menimbulkan kebingungan karena adanya perbedaan informasi mengenai waktu dimulainya gencatan senjata. Pengumuman mengejutkan dari Presiden AS Donald Trump turut menambah kompleksitas situasi.
Meskipun gencatan senjata dicapai dengan Iran, Israel tampaknya mengalihkan fokus militernya ke Gaza untuk mencapai tujuan politik dan militernya. Hal ini menunjukkan kompleksitas konflik dan betapa sulitnya mencapai perdamaian abadi di kawasan tersebut.
Situasi di Gaza dan Tepi Barat tetap mencekam. Angka korban jiwa yang terus meningkat menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan solusi damai dan penghentian kekerasan. Komunitas internasional perlu memainkan peran yang lebih aktif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan melindungi warga sipil. Masa depan kawasan ini masih sangat tidak pasti, dan peran diplomasi internasional sangat krusial untuk meredakan ketegangan dan membuka jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan.