Berita

Perang Iran-Israel: Pecahkah Persatuan Islam Akibat Syiah-Sunni?

Eskalasi militer antara Iran dan Israel telah memicu krisis geopolitik global. Lebih jauh lagi, konflik ini memperparah perpecahan sektarian antara kelompok Syiah dan Sunni dalam dunia Islam.

Ironisnya, konflik tersebut justru menciptakan aliansi tak terduga antara Israel dan beberapa negara Arab Sunni yang kuat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang masa depan solidaritas umat Muslim.

Iran vs. Israel: Lebih dari Sekedar Konflik Agama

Meskipun Iran mengklaim perjuangannya melawan Israel sebagai pembelaan seluruh umat Islam, realitanya lebih kompleks. Bagi banyak negara Teluk yang berpenduduk Sunni, seperti Arab Saudi dan UEA, ancaman dari Iran jauh lebih nyata daripada konflik Palestina-Israel.

Ketakutan ini beralasan, mengingat dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok Syiah di berbagai negara. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Hezbollah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan beberapa milisi di Suriah dan Irak.

Dr. F. Gregory Gause III dari Texas A&M University menjelaskan, “Bagi banyak negara Teluk Sunni, ancaman utama terhadap stabilitas regional bukanlah Israel, melainkan ambisi hegemoni Iran dan jaringan proksinya.” (Al Jazeera, 20 April 2024)

Persepsi ancaman ini menjadi pendorong kesepakatan Abraham Accords pada 2020. Dalam kesepakatan tersebut, UEA dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel, suatu langkah yang tak terpikirkan sebelumnya.

Strategi Iran: Mengakali Perpecahan Sektarian

Iran secara strategis menggunakan isu Palestina untuk mengatasi perpecahan sektarian. Dengan memposisikan diri sebagai pemimpin “Poros Perlawanan” melawan AS dan Israel, Iran berupaya memenangkan simpati publik Arab.

Trita Parsi, analis kebijakan luar negeri, mencatat bahwa Iran menggunakan isu Palestina untuk “melampaui perpecahan sektarian dan mendapatkan legitimasi di mata publik Arab.” (Foreign Affairs, 15 Mei 2024)

Strategi ini menimbulkan dilema bagi pemimpin Arab Sunni. Mereka menghadapi tekanan dari rakyatnya untuk bersikap keras terhadap Israel, namun diam-diam mungkin juga diuntungkan dari tindakan militer Israel yang melemahkan Iran.

Laporan Carnegie Endowment for International Peace (Juni 2024) menyoroti perbedaan antara sentimen publik pro-Palestina dan kalkulus geopolitik pemimpin yang melihat Iran sebagai ancaman yang lebih besar.

Dampak terhadap Solidaritas Muslim Global

Perpecahan ini berdampak signifikan di panggung internasional. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang seharusnya mewakili 57 negara Muslim, seringkali sulit menghasilkan respons yang terkoordinasi terhadap krisis di Timur Tengah.

Ketidakmampuan OKI dalam merespon krisis mencerminkan keretakan yang dalam di antara negara-negara Muslim. Perbedaan kepentingan dan prioritas, terutama terkait dengan Iran dan Israel, menghambat solidaritas dan kerja sama antar negara anggota.

Konflik antara Iran dan Israel, yang diperparah oleh perbedaan sektarian, telah memicu pergeseran signifikan dalam lanskap politik Timur Tengah. Ke depan, tantangan besar bagi negara-negara di kawasan ini adalah bagaimana menyeimbangkan kepentingan nasional dengan kebutuhan untuk menjaga stabilitas regional dan solidaritas global.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button