Latar belakang konflik Iran-Israel yang memanas kembali memunculkan diskusi hangat di dunia maya tentang nubuat kedatangan Imam Mahdi. Perang tersebut dipandang sebagian umat Muslim sebagai salah satu pertanda akhir zaman.
Baik umat Syiah maupun Sunni meyakini kedatangan Imam Mahdi sebagai sosok penyelamat dunia. Namun, perbedaan interpretasi mengenai sosok dan tanda-tanda kedatangannya cukup signifikan.
Interpretasi Syiah: Imam Mahdi yang Gaib
Bagi penganut Syiah Dua Belas Imam, terutama di Iran, Imam Mahdi diyakini sebagai Muhammad al-Mahdi, imam ke-12 yang masih hidup namun dalam keadaan gaib sejak abad ke-10. Ia akan kembali di akhir zaman.
Konflik Iran melawan Amerika Serikat dan Israel sering dimaknai sebagai bagian dari persiapan kedatangan Imam Mahdi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Karim Sadjadpour, analis di Carnegie Endowment for International Peace, dalam analisisnya pada 18 Juni 2025.
Narasi ini berperan sebagai alat mobilisasi politik yang kuat bagi Iran. Legitimasi spiritual pun diberikan pada perjuangan geopolitik mereka.
Retorika tersebut juga berfungsi untuk menguatkan moral para pengikutnya, termasuk kelompok-kelompok proksi seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Ini menunjukkan kekuatan narasi keagamaan dalam politik internasional.
Pandangan Sunni: Tanda-Tanda Besar Sebelum Kiamat
Sebaliknya, sebagian besar umat Sunni memiliki pandangan berbeda. Bagi mereka, Imam Mahdi adalah pemimpin keturunan Nabi Muhammad yang akan lahir di masa depan.
Kemunculannya merupakan salah satu dari sepuluh tanda besar sebelum hari kiamat. Tanda-tanda tersebut biasanya diawali oleh periode kekacauan, perang besar di Timur Tengah, dan kemunculan Dajjal.
Konflik Iran-Israel memicu interpretasi bahwa dunia telah memasuki fase kekacauan tersebut. Ini terlihat dari berbagai diskusi di kalangan umat Sunni mengenai kemungkinan dekatnya hari kiamat.
Sebuah studi dari Al-Azhar University, Kairo, yang dipublikasikan Juni 2025, mendukung hal ini. Studi tersebut menghubungkan konflik besar di Timur Tengah dengan hadis-hadis tentang akhir zaman.
Berbeda dengan Syiah, narasi Sunni tentang Imam Mahdi lebih bersifat spiritual dan komunal. Ia tidak terikat langsung pada agenda politik suatu negara.
Geopolitik dan Nubuat di Era Digital
Perkembangan teknologi digital mempercepat penyebaran interpretasi-interpretasi ini. Nubuat tentang Imam Mahdi dengan mudah menyebar luas melalui media sosial.
Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam konteks geopolitik. Interpretasi keagamaan dapat memengaruhi persepsi dan tindakan berbagai pihak.
Pemahaman yang berbeda tentang nubuat Imam Mahdi antara Syiah dan Sunni perlu diperhatikan. Perbedaan ini penting dalam konteks hubungan internasional dan pemeliharaan perdamaian.
Kesimpulannya, konflik Iran-Israel tidak hanya berdampak pada geopolitik, tetapi juga memicu diskusi luas tentang eskatologi Islam. Pemahaman yang beragam tentang Imam Mahdi menunjukkan kompleksitas interaksi antara agama, politik, dan teknologi di era digital saat ini.