Rumah Sempit? Stres & Cemas Mengintai, Kata Psikolog

Ukuran rumah yang memadai ternyata bukan sekadar soal kenyamanan, melainkan berpengaruh signifikan terhadap kesehatan mental penghuninya. Tinggal di rumah sempit dapat memicu stres dan kecemasan, sebuah fakta yang ditegaskan oleh para ahli psikologi. Artikel ini akan membahas dampak negatif rumah sempit terhadap kesehatan mental dan kaitannya dengan rencana pemerintah memangkas ukuran rumah subsidi.
Rumah Sempit: Pemicu Stres dan Kecemasan
Psikolog klinis Divani Aery Lovian, M.Psi. dari NALA Mindspace menjelaskan bahwa kebutuhan akan ruang pribadi sangat penting bagi kesehatan mental. Setiap individu membutuhkan batasan personal untuk merasa aman dan terkendali.
Ruang yang sempit membatasi seseorang mengatur ritme aktivitasnya sendiri. Gerakan sederhana seperti bangun tidur pun menjadi sulit karena keterbatasan ruang dan kehadiran orang lain.
Hal ini memicu frustrasi dan kesal, yang pada akhirnya berujung pada stres dan kecemasan. Kurangnya privasi juga meningkatkan stimulasi sensorik, membuat otak bekerja lebih keras dan memicu peningkatan hormon stres.
Dampak Kurangnya Ruang Pribadi
Ketiadaan pembatas antara ruang pribadi dan sosial menyebabkan kewalahan secara sensorik. Stimulasi konstan dari orang lain di ruang sempit meningkatkan stres dan kecemasan.
Ketiadaan ruang pribadi juga menghilangkan rasa aman. Seseorang akan merasa selalu diawasi dan waspada, bahkan saat melakukan aktivitas pribadi.
Kondisi ini, jika berlangsung lama, dapat berujung pada gangguan psikologis yang lebih serius. Kehilangan kendali atas ruang pribadi menciptakan rasa tidak aman dan cemas.
Rumah Sempit dan Perasaan Tidak Berdaya
Psikolog klinis Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi. dari Jaga Batin, Bandung, menambahkan bahwa rumah sempit dapat memicu perasaan tidak berdaya. Keterbatasan ruang membuat seseorang sulit beraktivitas dengan leluasa.
Perasaan tidak berdaya ini diperparah jika tinggal bersama orang lain di rumah yang sempit. Keterbatasan ruang semakin membatasi kebebasan dan kemandirian penghuninya.
Tinggal sendiri di rumah sempit saja sudah menimbulkan masalah, apalagi jika harus berbagi ruang dengan penghuni lain. Kondisi ini dapat memperburuk perasaan tidak berdaya dan memicu stres berkepanjangan.
Kontroversi Ukuran Rumah Subsidi
Rencana pemerintah mengurangi ukuran rumah subsidi menjadi 18 meter persegi telah memicu pro dan kontra. Banyak pihak menilai ukuran tersebut terlalu sempit dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan mental bagi penghuninya.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, menyatakan bahwa angka tersebut masih dalam tahap diskusi dan kajian. Keputusan final belum ditetapkan.
Berbagai masukan dari masyarakat masih dipertimbangkan sebelum keputusan akhir diambil. Pemerintah menekankan bahwa kesejahteraan masyarakat tetap menjadi prioritas utama.
Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak psikologis dari ukuran rumah yang terlalu sempit terhadap kesehatan mental masyarakat. Menciptakan hunian yang layak dan mendukung kesehatan mental penghuninya adalah hal yang krusial. Harapannya, keputusan final mengenai ukuran rumah subsidi nantinya akan mempertimbangkan aspek kesehatan mental ini secara komprehensif.