Site icon Tempo Siang

Produktivitas Toksik: Hancurkan Dirimu atau Raih Sukses?

Produktivitas Toksik: Hancurkan Dirimu atau Raih Sukses?

Sumber: Kompas.com

Produktivitas yang berlebihan, atau yang sering disebut toxic productivity, merupakan tren yang mengkhawatirkan. Banyak orang, terutama mereka yang ambisius, terjebak dalam siklus kerja tanpa henti. Namun, kebiasaan ini justru berdampak negatif bagi kesehatan mental dan produktivitas sebenarnya.

Psikolog klinis Tara de Thouars menjelaskan bahwa toxic productivity mengarah pada penurunan produktivitas, bukan peningkatannya. Stres yang diakibatkan oleh toxic productivity malah menurunkan efisiensi dan kualitas kerja.

Toxic Productivity: Mengapa Kerja Keras Belum Tentu Berarti Produktif?

Toxic productivity ditandai dengan rasa bersalah ketika seseorang tidak terus-menerus produktif. Mereka merasa harus selalu beraktivitas dan hanya merasa puas jika terus mendorong diri hingga kelelahan.

Dorongan ini sering kali berasal dari dalam diri individu, merupakan bentuk self-pushing yang berlebihan. Mereka mencari kepuasan melalui pencapaian, tanpa mempertimbangkan keseimbangan hidup dan kesehatan mental.

Dampak Negatif Toxic Productivity terhadap Kesehatan Mental

Konsekuensi dari toxic productivity adalah tekanan dan stres yang konstan. Tubuh dipaksa untuk terus berada dalam survival mode, mengakibatkan kelelahan fisik dan mental yang signifikan.

Stres berkepanjangan ini berisiko tinggi memicu berbagai masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan bahkan burnout. Kualitas hidup pun menurun drastis karena keseimbangan kerja dan istirahat terganggu.

Tingkat stres yang tinggi mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit fisik. Siklus kerja yang tidak sehat ini berdampak buruk bagi kesehatan secara keseluruhan.

Mencari Keseimbangan: Strategi Mengatasi Toxic Productivity

Tara de Thouars menyarankan istirahat yang cukup sebagai kunci untuk mengatasi toxic productivity. Istirahat bukan pemborosan waktu, melainkan investasi untuk meningkatkan fokus dan produktivitas jangka panjang.

Menghindari ekses dalam segala hal juga penting. Tidak ada yang dicapai dengan mengejar produktivitas secara ekstrim dan mengabaikan kesehatan mental. Prioritaskan kesejahteraan diri agar produktivitas berkelanjutan dapat tercapai.

Membangun kebiasaan sehat, seperti olahraga teratur, makan bergizi, dan tidur cukup, juga perlu dilakukan. Hal ini membantu menyeimbangkan kehidupan dan mencegah terjadinya toxic productivity.

Menentukan batasan waktu kerja dan memisahkan waktu untuk bersantai sangat penting. Hindari membawa pekerjaan ke rumah dan berikan waktu bagi diri sendiri untuk memulihkan energi.

Mencari dukungan dari orang terdekat juga penting, baik keluarga maupun teman. Berbagi permasalahan dan mendapatkan dukungan emosional dapat membantu mengatasi stres dan mencegah toxic productivity.

Pada akhirnya, keseimbangan antara kerja keras dan istirahat merupakan kunci utama untuk mencapai produktivitas yang sehat dan berkelanjutan. Jangan sampai mengejar kesuksesan justru mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan diri sendiri.

Exit mobile version