Berita

Tragedi Gaza: 53.939 Korban Tewas, Benarkah Genosida Israel?

Serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Dalam 24 jam terakhir saja, Al Jazeera melaporkan setidaknya 38 warga Palestina tewas dan 204 lainnya luka-luka. Jumlah korban tewas sejak dimulainya serangan besar-besaran pada 7 Oktober 2023 telah mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan, dengan berbagai sumber melaporkan angka yang sedikit berbeda, berkisar antara 53.939 hingga lebih dari 61.700 jiwa. Ribuan lainnya masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Tragedi ini bukan hanya tentang angka, tetapi tentang kehilangan nyawa manusia yang tak terhitung jumlahnya.

1. Pengerahan Militer Israel yang Masif di Jalur Gaza

Militer Israel telah mengerahkan kekuatan besar ke Jalur Gaza sebagai bagian dari operasi militer yang diperluas. Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan pengerahan 9 brigade infanteri reguler dan brigade lapis baja dalam 24 jam terakhir.

Meskipun jumlah pasti tentara yang dikerahkan belum dipublikasikan, skala pengerahan ini menunjukkan komitmen Israel untuk melanjutkan operasi militer secara besar-besaran. Operasi ini diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan dan melibatkan rencana evakuasi penuh penduduk Gaza dari zona pertempuran.

2. Operasi Chariots of Gideon dan Perluasan Medan Tempur

Operasi militer Israel yang diberi nama “Chariot of Gideon”, disetujui pada 14 Mei 2025, bertujuan untuk memperluas serangan di Jalur Gaza. Tel Aviv telah mengerahkan puluhan ribu pasukan cadangan dan melancarkan serangan darat dari berbagai arah sejak 18 Mei 2025.

Saat ini, fokus serangan terpusat di Gaza utara dan wilayah Khan Younis di selatan. Penduduk di daerah tersebut telah diperingatkan untuk mengungsi beberapa hari sebelum dimulainya serangan udara besar-besaran. Divisi militer tambahan, termasuk Divisi 98, 162, 252, 143, dan 36, telah dikerahkan untuk memperkuat kekuatan militer Israel di Gaza.

Perkembangan Operasi Chariots of Gideon

  • Disetujui pada 14 Mei 2025 oleh Kabinet Keamanan Israel.
  • Melibatkan pengerahan puluhan ribu pasukan cadangan.
  • Serangan darat dimulai pada 18 Mei 2025 dari berbagai arah.
  • Fokus utama serangan saat ini berada di Gaza utara dan Khan Younis.

3. Krisis Kemanusiaan yang Mengerikan: Kelaparan dan Kekurangan Bantuan

Blokade ketat yang diberlakukan Israel telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah di Jalur Gaza, menyebabkan kelaparan dan kekurangan bantuan medis yang meluas. Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengumumkan kematian seorang anak Palestina berusia 4 tahun, Mohammed Mustafa Yassin, akibat kekurangan gizi.

Ini menambah jumlah korban tewas akibat kelaparan menjadi 58 orang sejak awal blokade pada Maret 2025. Jumlah truk bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza sangat terbatas, hanya 100 truk sejak 21 Mei 2025, jauh dari jumlah yang dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan 2 juta penduduk Gaza. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa tidak ada bantuan yang sampai ke bagian utara Jalur Gaza. Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa lebih dari 70.000 anak-anak di Gaza menghadapi kekurangan gizi akut.

Situasi di Jalur Gaza terus memburuk dengan setiap harinya. Jumlah korban jiwa terus meningkat, sementara akses bantuan kemanusiaan masih sangat terbatas. Krisis kemanusiaan yang terjadi membutuhkan perhatian internasional yang mendesak untuk mencegah tragedi yang lebih besar. Skala kekerasan dan jumlah korban yang sangat besar menuntut penyelesaian konflik secara damai dan segera, serta jaminan akses bantuan kemanusiaan yang cukup untuk menyelamatkan nyawa warga sipil Palestina.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button