Tambang Korea Selatan: Simulasi Penambangan Bulan Futuristik

Kota Taebaek, Korea Selatan, dulunya dikenal sebagai pusat pertambangan batu bara yang produktif. Dijuluki “kota emas hitam”, tambang-tambang di sana menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Namun, seiring pergeseran fokus energi global, tambang-tambang tersebut perlahan ditutup.
Kini, sebuah tambang batu bara tua di Taebaek mendapatkan kehidupan baru, bukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam, melainkan untuk eksplorasi luar angkasa. Transformasi ini merupakan kolaborasi antara Korea Institute of Geoscience and Mineral Resources (KIGAM) dan pemerintah kota Taebaek.
Tambang Tua Disulap Jadi Pusat Riset Luar Angkasa
Fasilitas pengujian teknologi penambangan bulan ini memanfaatkan infrastruktur tambang yang telah ada. Kondisi tambang yang gelap dan suhunya stabil dinilai mirip dengan lingkungan gua bawah tanah di bulan, yang terlindung dari radiasi dan hantaman meteor.
Menurut Dr. Kim Kyeong-ja, Direktur Pusat Eksplorasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Luar Angkasa KIGAM, penggunaan tambang tua ini sangat efisien secara biaya.
Dengan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada, biaya pengembangan fasilitas riset dapat ditekan secara signifikan.
Menargetkan Penambangan Helium-3 dan Sumber Daya Langka Lainnya
KIGAM memiliki ambisi besar dalam pengembangan teknologi penambangan sumber daya luar angkasa, khususnya helium-3. Helium-3 merupakan unsur langka di Bumi, namun melimpah di Bulan.
Unsur ini dinilai sebagai bahan bakar bersih masa depan karena dapat digunakan dalam reaksi fusi nuklir tanpa menghasilkan limbah radioaktif. Potensi ekonomi helium-3 sangat menjanjikan.
Selain helium-3, KIGAM juga menargetkan elemen tanah jarang. Elemen ini sangat penting untuk industri semikonduktor, baterai, dan teknologi tinggi lainnya.
Berbagai teknologi pencarian dan ekstraksi sedang dikembangkan oleh KIGAM bersama lembaga riset Korea lainnya. Teknologi ini akan mendukung misi pemanfaatan sumber daya di tempat (In-Situ Resource Utilization atau ISRU).
Target Penyelesaian dan Tantangan yang Dihadapi
Pada bulan Maret lalu, KIGAM telah mendemonstrasikan beberapa teknologi penting di tambang Hamtae. Ini merupakan uji coba pertama di dunia yang menggunakan tambang terbengkalai sebagai simulasi penambangan bulan.
Beberapa teknologi yang diuji termasuk rover bulan yang dapat mengebor dan menganalisis tanah secara bersamaan. Sistem Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) juga diuji untuk mengidentifikasi lebih dari 50 elemen secara real-time.
Teknologi ekstraksi sumber daya yang memanfaatkan energi matahari juga dikembangkan. Teknologi ini akan memecah regolith (tanah bulan) menjadi oksigen, hidrogen, dan argon.
KIGAM menargetkan penyelesaian sekitar 10 perangkat utama eksplorasi bulan hingga tahun 2029. Kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta akan mendukung pencapaian target ini.
Meski demikian, KIGAM menyadari tantangan dalam mensimulasikan kondisi bulan di Bumi, terutama perbedaan gravitasi. Mereka berencana untuk menambahkan ruang vakum dan teknologi gravitasi nol untuk mendekati kondisi sebenarnya di bulan.
Presiden KIGAM, Dr. Lee Pyeong-koo, menyatakan kebanggaannya atas transformasi tambang batu bara menjadi pusat riset luar angkasa. Transformasi ini menandai langkah maju Korea Selatan dalam eksplorasi luar angkasa dan pemanfaatan sumber daya di luar Bumi.
Dari “kota emas hitam” yang dulu bergantung pada batu bara, Taebaek kini berpotensi menjadi pelopor dalam menyediakan helium-3, bahan bakar masa depan umat manusia, yang diekstraksi dari bulan. Ini merupakan sebuah kisah transformasi yang menginspirasi dan menunjukkan bagaimana inovasi dapat mengubah masa depan.